(CERPEN) Clara dan Ethan
Sore hari telah tiba. Langit di sekitar tampak berwarna jingga dan merah menyala, menciptakan suasana yang indah dan tenang. Udara terasa sejuk dan segar setelah teriknya matahari seharian. Seperti tiupan angin lembut, semilir angin petang meniup pelan-pelan, membawa aroma harum dari bunga-bunga yang mekar di sekitar. Dari kejauhan, terdengar suara gemerisik daun pohon dan suara jangkrik yang mulai bersiul-siul di antara rerumputan. Sinar matahari yang beranjak ke barat, menimbulkan bayangan panjang di sepanjang jalan dan membuat rumpun pohon di kejauhan terlihat seperti mengambang di atas tanah.
Gedung-gedung pencakar langit terlihat megah dan berkilau dengan cahaya yang terpancar dari jendela-jendelanya. Kota yang biasanya ramai dengan kendaraan dan orang-orang yang bergegas pulang, kini menjadi lebih sepi dan tenang, memberikan kesan keindahan dan kedamaian. Di sepanjang jalan, lampu-lampu jalan mulai menyala, memberikan suasana yang romantis dan menawan.
Orang-orang yang masih terlihat di jalanan, sebagian besar adalah para pejalan kaki yang menikmati pemandangan kota yang indah ini, sambil berjalan santai atau duduk-duduk di taman-taman yang terletak di tengah-tengah kota. Di sini dan di sana, terdengar musik yang dimainkan oleh musisi jalanan yang bersemangat, menambah kesan indah sore hari di kota ini. Dalam kesederhanaannya, kota ini menawarkan keindahan yang luar biasa, dan memberikan kesempatan untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda, membuat hati dan pikiran terasa lebih tenang dan damai.
Clara menekan tombol on, diikuti bunyi musik pengiring tari sejurus kemudian. Dia menyeka keringat di pipi sembari menapak kaki mendekati Ethan. Sedikit gugup, namun Clara berusaha keras untuk menguatkan diri.
“Kita akan memulainya dengan melentikkan jari-jemari tepat di depan dada,” ucap Clara memulai sesi latihan tari. Ethan menganggukkan kepala sembari memposisikan jari-jemarinya sesuai perintah.
Clara tertawa kecil melihat jari Ethan yang tidak lentik. Jari-jarinya tampak kokoh, memancarkan kekuatan yang melekat pada tubuhnya. Kuku-kukunya yang rapi terlihat bersih dan terawat, menambah keindahan jemari-jemari Ethan yang panjang.
“Kamu perlu merentangkan keseluruhan jari dan menahannya beberapa detik,” ucap Clara. “Ini cara paling ampuh untuk melentikkan jari.”
Ethan mengangguk paham arkian menjalanakn seturut perintah Clara. Meski percobaan telah berulang kali dilakukan, tetap saja jari Ethan sukar untuk lentik.
Clara tertawa kecil. ”Kita fokus pada gerakan yang lain saja.”
Waktu terus berjalan melahap setiap peristiwa. Clara dengan penuh kesungguhan mengajari Ethan cara menari yang paling benar. Momen itu kadang diselip tawa, apalagi melihat seorang Ethan yang menari untuk pertama kali di dalam hidupnya.
Hingga pada suatu momen yang membuat keduanya terbujur kaku, seolah seluruh saraf dalam tubuh mereka berhenti berproses.
Clara yang tengah asyik dalam tariannya tiba-tiba terhuyung-huyung dan hampir jatuh di tempatnya berdiri. Dia berusaha keras menyeimbangkan diri, namun dewi fortuna tak memihak padanya. Di tengah kegentingan itu, tanpa disangka, Ethan dengan penuh kesigapan mendekati Clara arkian menggenggam tangannya.
Seketika itu Clara merasakan kehangatan dari lengan kokoh Ethan yang membimbingnya. Clara merasa seluruh dunia telah berhenti berputar dan dia hanya terfokus pada sentuhan tangan pria tampan itu yang menempel di kulitnya.
Clara menatap lekat ke arah Ethan yang berdiri di hadapannya. Dia merasakan kelegaan dan kebahagiaan yang tiba-tiba menghampiri. Sementara itu, Ethan mengalihkan pandangannya dari tangan mereka yang saling tergenggam, lalu menatap tajam ke arah Clara. Dalam sekejap mata, pria tampan itu merangkul wanita cantik itu dengan lembut dan menenangkannya. Clara sontak merasa hangat dan terlindungi di dalam pelukan Ethan, sementara hatinya merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang tak terduga.
Momen itu terekam cukup cepat. Hingga sepersekon kemudian, keduanya kembali berjarak sembari mencoba melupakan peristiwa konyol yang baru saja usai.
“Maaf, Clara,” ucap Ethan terbata-bata. Ia sedikit gugup atas kejadian konyol itu.
Clara mengelus wajah sambal menganggukkan kepala. “Aku juga minta maaf, Than,” ucap Clara yang membuat mata Ethan berbinar-binar.
Atmosfer keheningan memenuhi ruangan, hingga bunyi ponsel Clara membuyarkan lamunan. “Aku angkat ponsel dulu,” ucapnya sambal berlalu pergi.
Ethan hanya menganggukkan kepala. Ia menatap lamat-lamat punggung Clara yang berlalu menuju teras rumah.
“Tunggu sebentar, aku tengah berjalan menuju gerbang,” ucap Clara pada seseorang di dalam ponsel.
Dari kejauhan, Clara berhasil menangkap seorang pria yang menunggangi sebuah motor besar. Tubuh pria itu tegap, dengan rambut hitam sebahu yang tergerai liar terbawa angin, Dia mengenakan jaket kulit hitam yang pas di tubuhnya, dengan helm hitam yang menambah kesan positif pada penampilannya. Setiap kali dia memutar gas motor, suara mesinnya terdengar menggelegar di seluruh penjuru jalan.
“Kamu tiba lebih cepat,” ucap Clara sembari membukakan gerbang. Dia tersenyum menyambut kedatangan pria itu.
Meski tertutup oleh helm, Clara tahu bahwa pria itu juga membalas senyumannya. Setelah memarkirkan motor di garasi, keduanya berjalan gontai menuju teras rumah.
Lewat jendela ruang tamu, Ethan bisa menyaksikan Clara dan pria penunggang motor itu dengan jelas. Namun tidak untuk suara mereka. Jaraknya cukup jauh sehingga rambatan suara memiliki banyak penghalang.
Sesekali Clara dan pria penunggang motor tertawa terbahak-bahak. Terkadang juga diselipi oleh kedua tangan yang saling menggenggam satu sama lain. Ethan seolah kehilangan arah ketika melihat kejadian di depan matanya. Kedua netra yang biasanya bersinar dan penuh kepercayaan diri kini hanya dipenuhi rasa kekecewaan dan ketidakpercayaan. Wajahnya yang tampan dan gagah tampak terdistorsi oleh rasa sakit hati yang dirasakannya. Ia melihat Wanita yang dicintainya bersama pria lain yang tampak sangat akrab dan mesra. Meskipun ia mencoba menutupi perasaannya, namun ekspresi sedih dan terpuruk di wajahnya sudah terlihat jelas.
Ethan mengacak-acak rambutnya. Wajah yang biasanya tampan dan gagah kini tampak rapuh dan hancur. Matanya yang indah dan bersinar terlihat sayu dan kosong, seakan mencerminkan kesedihan dalam hatinya. Rambut hitamnya yang teratur dan rapi kini tampak berantakan dan tidak terurus. Meskipun begitu, kehadirannya masih memancarkan pesona dan kekuatan yang sulit diabaikan.
Sambil menangis, Ethan merapatkan kedua tangannya di depan dada, mencoba menahan tangisannya agar tidak terdengar keras. Namun, suara isak tangisnya tetap terdengar dan mengisi keheningan ruang tamu. Pria tampan itu sepertinya tengah merasakan kesedihan yang begitu dalam, seakan tak ada yang bisa menghiburnya. Dalam tangisnya itu, terlihat kelemahan yang tak pernah terlihat sebelumnya, dan membuatnya terlihat semakin rentan dan rapuh.
Clara mengalihkan pandangan ke sembarang arah, hingga pandangannya terhenti pada satu titik yang membuatnya gugup seketika.
Ethan terbelalak kaget melihat Clara yang menatap dirinya. Dengan sigap ia mengusap wajahnya, bagaimana mungkin seorang pria menangis karena hal konyol. Ia bangkit berdiri arkian melangkahkan kaki dari ruang tamu. Ia menapak kaki menuju teras rumah.
“Maaf mengganggu waktunya,” ucap Ethan.
Clara tertegun menyaksikan air muka Ethan yang aneh, juga kondisi rambutnya yang acak-acakan. Ia bisa menangkap sisa bulir air mata yang belum kering di antara bulu mata milik Ethan. Apakah Ethan menangis? Tanya Clara dalam hati.
“Udah sore, saya mau balik ke rumah, Clara. Takutnya gak dapat angkot kalau pulang lebih malam,” ucap Ethan penuh wibawa.
Clara bangkit berdiri. “Tapi latihannya belum usai, Than. Ada dua gerakan lagi yang harus kamu hapal, dan itu gerakan inti dan yang paling sulit.”
Ethan meneguk ludah. “Aku bakal latihan sendiri, Clara. Lagian, latihan menari ini bakal ganggu waktumu untuk berduaan dengan pria itu,” balas Ethan murung.
“Apakah aku boleh berbicara dengan mu sebentar?” Tanya Clara yang dibalas Ethan dengan anggukan kepala. Kemudian keduanya berjalan gontai menuju ruang tamu.
Clara dan Ethan berdiri tegak, saling berhadap-hadapan. Ethan dengan rambut hitam yang rapi dan wajah tegas kembali berapi-api, meninggalkan momen dirinya yang sedang menangis. Seragam sekolah yang melekat di tubuhnya, dan celana panjang abu-abu memberikan kesan yang elegan. Melihat hal itu membuat Clara kesulitan untuk mengedipkan mata.
Sementara itu, Clara dengan rambut pendek sebahu terlihat cantik dengan seragam sekolah dan rok abu-abu. Wajahnya yang cantik dipenuhi senyum manis, dan matanya yang cerah memancarkan kehangatan yang tak terbantahkan. Wanita ini terlihat seperti seorang ratu yang sedang berdiri di atas panggung, dengan keindahan dan daya tarik yang sulit diabaikan.
Ketika kedua orang ini berdiri berhadapan, terlihat jelas bagaimana kecantikan dan ketampanan mereka saling melengkapi. Mata mereka saling beradu, menciptakan momen yang romantis dan menggetarkan. Tampaknya waktu berhenti sejenak, sementara mereka saling menatap, seperti sedang mengalami momen yang tidak terlupakan dalam hidup mereka.
Sepertinya kegugupan di antara keduanya telah lenyap. Lihat bagaimana keromantisan ini berjalan lancar.
“Kenapa kamu menangis, Than?” Tanya Clara penuh kehati-hatian.
Ethan mengukir senyum. Sepertinya inilah momen yang paling tepat untuk melancarkan aksinya.
Sepersekian detik kemudian, sembari menarik nafas dalam-dalam, Ethan melontarkan tatapan tajam dan intens pada netra Clara. Pertanda perasaan kuat yang tulus ia rasakan. Wajahnya yang biasanya tenang dan gagah, kini tampak agak gugup namun tetap menawan. Ia mengambil napas dalam-dalam, kemudian dengan suara yang lembut namun tegas, ia memulai ungkapan perasaannya.
"Clara, kamu membuat hatiku berdetak lebih cepat setiap kali aku menatapmu. Aku merasa seperti ada magnet yang menarikku padamu, membuatku tak bisa berhenti memikirkanmu. Aku memang pria rapuh. Entahlah. Namun melihat keakraban mu dengan pria itu membuatku cemburu," ucapnya sambil tersenyum.
Clara tampak terkesima dengan kalimat indah Ethan. Ia bisa merasakan getaran perasaan yang kuat dan tulus dari setiap kata yang diucapkannya.
Pria tampan itu melanjutkan ungkapannya, "Aku tak ingin menyembunyikan perasaanku lagi. Aku mencintaimu, dan ingin bersama denganmu, membawa kebahagiaan untukmu, dan menjaga hatimu selalu."
Clara tersenyum terharu, melihat kejujuran dan keberanian Ethan dalam mengungkapkan perasaannya. Dia pun merasakan kehangatan dan ketulusan dalam kata-kata itu. Wajahnya berbinar bahagia, menandakan bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Ethan melangkah maju, dan memeluk Clara dengan penuh kasih sayang. Mereka merasakan getaran cinta yang saling membalas, yang memperkuat ikatan di antara mereka.
Clara dan Ethan kini bukan sekedar khayalan. Semua telah menyatu dalam ikatan yang baru.
*TAMAT*
WARNING!
Menciptakan sebuah karya adalah hal yang melelahkan. Dibutuhkan imajinasi dan keahlian yang terkadang menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Dimohon untuk menghidupkan rasa kemanusiaan yang tersimpan di dalam diri agar tidak mengcopy dan menjiplak apapun tanpa izin dari penulis. Mari bersama-sama mendukung ekosistem kepenulisan yang baik di tanah air. Terimakasih.
TTD
Van Raja
Komentar
Posting Komentar