Ma, Aku Rindu
"Dalam sunyi malam, Karina merindu dengan hati yang tergetar, mengungkapkan kekosongan yang tak terduga. Ibunya juga merasakan getaran hati yang tak terucapkan, memancar dalam gelapnya malam. Kerinduan mereka berpadu dalam melodi magis, mengisi ruang dengan cinta yang tak terbatas."
Pada ketinggian yang menjulang, di antara kabut perak yang melingkar, ada seorang gadis berusia enam belas tahun bernama Karina. Dalam keindahannya yang menggetarkan jiwa, dia hidup bersama ibunya yang bernama Lhena, seorang wanita anggun yang menari di antara bintang-bintang kehidupan.
Karina, seorang misteri yang bersemi dalam kegelapan malam, mengejar impian-impian tertingginya dengan anggun dan kecerdasan yang menakjubkan. Dalam rumah megah yang bernama kasih, Lhena memancarkan kekuatan sejati sebagai seorang ibu tunggal yang berjuang dengan keberanian tak terduga. Cahaya langit yang memantul di matanya adalah cerminan dari keberhasilan dan dedikasi Lhena yang tak tergoyahkan.
Hubungan mereka adalah orkestra keintiman yang memadukan melodi kasih sayang dan pengertian tak terucapkan. Karina dan Lhena, dua jiwa yang terpaut dalam ikatan magis, berbagi kebahagiaan dan dukacita dengan harmoni yang mencerahkan. Tak ada penghalang yang dapat memisahkan cinta mereka yang tak terbatas, seiring mereka menavigasi arus kehidupan yang menantang dengan keberanian dan keuletan.
Dalam senyuman yang mengalir, Karina dan Lhena menyulam benang emas kebersamaan. Setiap kalimat yang terucap dari bibir mereka membawa kedalaman dan keanggunan yang tak terhingga, mengilhami jiwa yang haus akan keindahan dan kebenaran. Dalam kesederhanaan, mereka menemukan kemewahan sejati yang mengalir dari hati mereka yang tulus.
Seperti drama gelap yang membelit malam, takdir bermain permainan yang kejam. Karina, sang rembulan muda yang dipenuhi pesona, terperosok dalam lautan luka dan kehancuran. Kecepatan yang menyala-nyala berpadu dengan takdir yang tak terduga, menghantamnya dengan kekuatan tanpa ampun. Dalam ketukan detak yang puitis namun mengiris kalbu, Karina terbawa oleh badai kehidupan yang melumpuhkan.
Kecelakaan mobil yang menjeratnya menggoreskan luka di dalam-dalam. Operasi otak yang rumit merobek benang-benang harapannya dengan dingin. Dan saat malam kelam menguasai dirinya, ia terjatuh dalam keadaan sunyi dan lembab, terperangkap dalam perahu koma yang tak berdaya. Rumah sakit menjadi teman gelapnya, menyelimutinya dalam kesunyian yang terasa terbakar oleh duka. Hanya bayangan kesadaran yang terjalin rapat, menjerit dalam kehampaan yang membingungkan.
Sementara itu, Lhena, sang ibu yang hancur berantakan, hidup dalam kehampaan yang melankolis. Hatinya terhimpit oleh kesedihan yang tak terucapkan, merindukan putrinya yang terkurung dalam kegelapan. Dalam setiap hela nafasnya, dia merasakan panggilan hampa yang membuyarkan ketenangannya. Waktu berlalu tanpa ampun, memanjangkan bayang-bayang kekosongan yang mengisi hari-harinya. Lhena, seorang ratu yang terasing dalam kegelapan, berlayar sendirian di lautan pilu.
Namun, dalam kesendirian dan kehampaan yang membelit mereka, ada semangat yang tersembunyi, menggelegak seperti sungai bawah tanah yang menyusuri kegelapan. Karina, meskipun terkurung dalam alam mimpi yang tak berujung, menggenggam harapan dengan erat, menantikan sang surya yang akan memeluknya dalam sinar hangat. Lhena, di balik matahari terbenam yang merah menyala, menyalakan obor cintanya yang tak padam untuk memandu putrinya keluar dari kegelapan.
Dalam keadaan tak terduga ini, mereka berdua menari di tepi jurang kehidupan, dengan ketekunan dan keberanian yang tak tergoyahkan. Karina, jiwa yang tak terpadamkan, melawan arus takdir yang memaksanya diam. Lhena, sosok penentu nasib, menemukan kekuatan yang jarang didengar, menggenggam erat harapan dan memancarkan sinar kebenaran.
Cinta dan kesetiaan mereka mengalir dalam melodi yang mempesona, menembus tembok waktu dan mempersatukan jiwanya yang tercerai-berai. Dalam getaran langit yang meradang, mereka menulis kisah kepahlawanan yang gemilang. Meskipun badai kehidupan yang tak terduga mengguncang fondasi mereka, Karina dan Lhena tetap berpegang pada cinta yang tak tergoyahkan.
Pada seberang jendela yang tergadaikan pada waktu yang tak bergerak, Lhena merajut benang-benang waktu dengan doa-doa yang terbang tinggi. Pada sisi tempat tidur Karina, dia menyulap kata-kata menjadi eliksir penyembuh, menari dengan rindu yang tak terucap. Dalam bingkai keheningan, ia menyimpan segala kepingan kenangan, menciptakan melodi yang hilang dan senyum yang terlupakan.
Dalam dunia yang terpahat dalam kisah yang merayap lambat, Lhena membuka buku-buku dengan halaman yang penuh warna, mengurai kata-kata yang bermain dengan sentuhan keajaiban. Seperti aliran melodi yang terhanyut dalam riak waktu, dia mengikuti langkah-langkah Karina yang tak terdengar. Setiap kata yang terucap adalah cahaya dalam kegelapan, menghidupkan memori-memori yang telah dipudarkan oleh waktu yang rakus.
Seiring matahari menghampiri ujung senjanya, Lhena memainkan not-not kebahagiaan dengan hati yang tergetar. Melalui nada-nada yang lembut, dia membawa lagu-lagu yang paling dicintai Karina kembali hidup, menumpahkan melodi di udara yang beku. Dalam goresan lagu, ia menyentuh jiwa putrinya yang terlelap, berharap ia bisa kembali terbangun dan bergandengan tangan di alam nyata yang tersembunyi di balik kabut mimpi.
Seperti aliran sungai yang memutar kenangan, Lhena menatap foto-foto mereka yang bahagia. Senyum yang terpatri di wajah Karina menjadi penanda kebahagiaan yang tak pernah luntur. Di antara potret-potret itu, Lhena merasakan kehangatan yang hilang, melambungkan dirinya ke dalam momen-momen yang tak tergantikan. Di setiap serpihan kenangan, ia merasa dirinya berada di pantai berpasir lembut, berlarian di bawah matahari yang gemilang, dan merasakan kebersamaan yang abadi.
Namun, di balik cerita yang tersusun rapi, ada rasa sedih yang menyelinap dalam hati Lhena. Ia merasa terpukul oleh waktu yang memisahkan mereka, dan penyesalan menggerogoti pikirannya seperti angin yang menghempaskan samudera. Dalam gelapnya duka, ia berharap kembali mendengar tawa Karina yang mengalun, melihat senyumnya yang memancar, dan menikmati percakapan hangat mereka yang pernah ada.
Dalam panggilan yang membelah cakrawala, Lhena menghunus panah harapan ke langit yang berkilau. Dia tak pernah berhenti memancarkan cahaya kasihnya, seiring ia menunggu Karina yang mungkin telah terhilang dalam labirin kehidupan. Dalam kerinduannya yang membara, ia merajut puisi tentang harapan yang tak terpadamkan, tentang keajaiban yang menggelayut di antara bintang-bintang yang enggan berkata.
Pada ketinggian kehidupan yang mempesona, penyembuhan yang tak terbayangkan terjadi. Keajaiban itu merangkum cerita keluarga yang teguh, sahabat-sahabat yang berdedikasi, dan kasih yang tak terbatas. Di tengah malam yang sunyi, Karina terjaga dari tidurnya yang panjang. Matanya yang penuh dengan kerinduan mencari wajah ibunya yang dicintainya. Dalam gelapnya kamar, terdengar suara hembusan nafas yang berat, seolah-olah menggambarkan beban yang terasa oleh hatinya. Ia merasakan kekosongan yang tak terduga, seakan-akan ada sesuatu yang hilang dalam kehidupannya.
Dalam detik-detik yang terasa tak berujung, Karina merasakan panggilan dalam hatinya yang terdalam. Suara pelan terbangun dari bibirnya yang gemetar, meluncur keluar dalam kata-kata yang jarang didengar. "Ma, aku rindu," bisiknya dengan suara lembut namun puitis, mengungkapkan kekosongan yang terasa. Dalam kalimat yang tersusun rapi, kata-katanya membawa getaran emosi yang dalam, mengiris hati dengan ketulusan yang tak tergoyahkan.
Ketika kata-kata itu melintasi udara, suasana kamar berubah seakan-akan mendengarkan panggilan Karina. Di tengah kehampaan yang memeluk, ibu Lhena merasakan getaran hati yang tak terduga. Hatinya terhimpit oleh rasa rindu yang membelit, dan dalam gelapnya malam, ia menangkap pesan dari putrinya yang terselip di antara kata-kata.
Dengan getaran suara yang bergetar, Lhena merangkai kata-kata dalam doanya yang terbang tinggi. Dalam kalimat-kalimat yang melantun puitis, ia membalas kerinduan Karina dengan kelembutan yang tak tergoyahkan. "Anakku, dalam setiap hela nafasku, aku merindukanmu juga. Kita terpisah oleh waktu, namun cinta kita menyatu dalam ikatan yang tak tergoyahkan." Suaranya mengalun dengan kehangatan yang melintasi dinding-dinding kamar, menciptakan harmoni dalam kesunyian.
Dalam momen magis itu, ruang dan waktu tampaknya melebur menjadi satu. Kerinduan Karina dan Lhena berpadu menjadi melodi yang mempesona, mengisi ruang dengan energi cinta yang tak terbatas. Meski fisik mereka terpisah, hati mereka bersatu dalam ikatan yang kuat dan penuh keindahan.
Dan akhirnya, dalam keajaiban penyembuhan yang melanda, Karina dan Lhena dapat berpelukan lagi. Kehadiran satu sama lain mengobati kerinduan yang dalam dan menyatukan mereka dalam kebahagiaan yang tak terkatakan. Mereka tahu bahwa cinta mereka tidak pernah pudar, dan keberanian mereka untuk melawan segala rintangan telah membawa mereka kembali bersama.
Dalam kehangatan saling mendukung, Karina dan Lhena menghadapi masa depan dengan hati yang penuh harapan dan kekuatan yang tak tergoyahkan. Kisah mereka menjadi simbol kasih sayang yang tak terbatas, menginspirasi jiwa-jiwa di sekitar mereka untuk selalu memelihara ikatan keluarga yang kuat dan mengatasi segala rintangan dengan keberanian dan kesetiaan.
*-TAMAT-*
Baca juga: Pencurian QuantumShift
Baca juga: Gadis Pembawa Apel
Baca juga: Amerta
WARNING!
Menciptakan sebuah karya adalah hal yang melelahkan. Dibutuhkan imajinasi dan keahlian yang terkadang menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Dimohon untuk menghidupkan rasa kemanusiaan yang tersimpan di dalam diri agar tidak mengcopy dan menjiplak apapun tanpa izin dari penulis. Mari bersama-sama mendukung ekosistem kepenulisan yang baik di tanah air. Terimakasih.
TTD
Van Raja
Komentar
Posting Komentar