Rusaknya Tayangan Televisi Indonesia Masa Kini

Cara menyikapi tayangan televisi saat ini

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga membawa perubahan pada dunia pertelivisian tanah air. Diawali dengan kemunculan stasiun TV pertama di Indonesia, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang status kepemilikannya dimiliki pemerintah. Seiring berkembangnya waktu, stasiun TV swasta mulai bermunculan. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) menjadi stasiun televisi swasta pertama di Indonesia yang berdiri pada tahun 1989 di Jakarta.

Pada awal kemunculannya, acara televisi tidak sebanyak acara televisi zaman sekarang. Meski begitu, acara televisi zaman dulu tidak kalah menarik dengan berbagai program penayangan televisi masa kini. Bahkan selalu merindukan di hati penonton karena setiap acara menyajikan tontonan yang mengedukasi dan menghibur. Mulai dari Berpacu dalam Melodi, Spontan, Ria Jenaka, Unyil, dan masih banyak lagi.


Tayangan Televisi Indonesia Berada di Zona Merah

Dunia pertelevisian tanah air saat ini berada pada zona merah. Hal ini mengindikasikan bahwa acara-acara yang disajikan cenderung membawa pengaruh negatif dan tak mendidik. Kita harus akui juga bahwa ada stasiun televisi yang masih waras, dimana mereka berfokus pada edukasi pemirsa lewat informasi akurat, bukan karena konten viral lewat sensasi.

Beberapa stasiun televisi saat ini menggantungkan konten penayangan mereka pada konten viral di media sosial. Ironsinya, tidak ada proses menelaah yang dilakukan untuk memastikan bahwa konten tersebut bermanfaat dan mampu menjadi tontonan positif bagi masyarakat luas. Dilansir dari Liputan6.com, terjadi penurunan konsumsi informasi masyarakat dari media televisi sekitar 24 persen dan peningkatan media berbasisi seluler sebesar 460 persen dalam sepuluh tahun belakangan ini. Penurunan konsumsi informasi dari media televisi disebabkan oleh tayangan televisi yang makin hancur.

Lihat saja bagaimana seorang remaja bernama Fajar Sadboy yang saat ini berlalu lalang di acara televisi. Dia diundang di berbagai stasiun TV hanya untuk menangis dan mengeluarkan kata-kata mutiara bergenre romansa. Sebelumnya, dia viral karena menangis setelah diputusin pacar. WHAT? Bukankah ini adalah konten yang buruk? Yang mana seharusnya seorang remaja berfokus pada pendidikan, alih alih putus karena pacaran. Tentu jika anak-anak menonton acara ini, maka yang ada akan membuat mereka meniru perilaku Fajar. Sial. Bisa rusak bangsa ini pada tahun-tahun berikutnya.

Dunia pertelevisian juga sempat heboh karena ada tayangan sinetron yang dinilai melakukan promosi poligami dan mempertontonkan adegan tidak senonoh dann pedofiliak. Sinetron tersebut memakai aktris di bawah umur untuk memerankan istri ketiga. Benar-benar tak ada lagi hiburan yang ingin diambil dari penayangan media informasi dari dunia televisi.


Cara Pemirsa Menyikapi Tayangan Televisi Masa Kini

Stigma populer karena sensasi menyeruak dalam benak masyarakat Indonesia. Bahkan kata sensasi menjadi bermakna negatif, sehingga orang banyak tidak mampu berfikir positif tentang kejadian penuh sensasi. Bagaimana kemunculan orang-orang di jagad pertelevisian setelah viral karena sensasi mereka yang dinilai buruk. Mulai dari live mandi lumpur di media sosial, mengumbar aib setelah kasus perceraian, KDRT, dan banyak lagi. 

Padahal, banyak orang-orang berprestasi di luar sana yang tidak pernah dilirik dunia pertelevisian. Termasuk Nono, anak SD asal NTT yang meraih Juara 1 Kompetisi Matematika Internasional. Dia berhasil menyingkirkan 7000 peserta lainnya. Sangat disayangkan karena hingga saat ini, belum ada stasiun TV yang meliriknya.

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Informan Riset Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Tahun 2021 yang bertujuan untuk melakukan kajian ulang dunia pertelevisian tanah air. Komisaris KPI Pusat, Multo Hadi Purnomo mengungkap bahwa hasil analisis dan penelitian pada FGD diharapkan mampu mengoreksi stasiun televisi Indonesia sehingga timbul perbaikan tayangan acara yang sebelumnya tidak memenuhi standar dan menampilkan acara yang berkualitas.

Lantas dalam menghadapi tontonan acara pertelevisian saat ini, dibutuhkan sikap pemirsa yang mampu menelaah dan menyaring informasi yang baik dan relevan. Pemirsa dituntut untuk bersikap bijak dalam menonton tayangan televisi. Selain itu, pemirsa juga harus sanggup melakukan pemilihan dan pemilahan tayangan televisi yang berkualitas dan edukatif secara selektif. Hal ini berdampak pada pembentukan kualitas diri penonton. Sehingga tidak hanya menjadi hiburan pelepas lelah, namun juga memperoleh ragam informasi dari tayangan televisi yang informatif dan edukatif.

Terkhusus pada anak-anak di bawah umur, perlu pengawasan lebih dari orang dewasa di sekitarnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari mereka dari tayangan televisi yang tidak koheren dengan usia mereka.


Baca Juga : Waspada! Inilah Pentingnya Menjaga Privasi di Tempat Kerja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konstruksi Sistem: Pengertian, Tujuan, dan Langkah-Langkah

(CERPEN) Senja di Angkringan

Nyanyian Lampu Merah

Kotak Langganan Email

Nama

Email *

Pesan *