Benang Sari

Cerpen romansa

Sinar matahari mulai menyinari bumi, pertanda pagi akan segera tiba. Pagi hari di kota adalah saat yang paling sibuk dan ramai. Suara klakson mobil dan motor menggema di jalan raya, serta suara langkah kaki dan percakapan manusia yang berlalu-lalang di trotoar. Udara terasa segar dan sejuk, walaupun aroma polusi masih tercium di udara. Bangunan-bangunan pencakar langit menjulang tinggi di sekitar kota, menciptakan bayangan-bayangan yang panjang dan memberikan kesan megah dan modern.

Waktu terus berputar dan sang surya kian meninggi. Namun begitu, sesosok laki-laki masih larut dalam mimpinya. Tubuhnya yang tinggi terlihat nyaman di atas kasur besar yang terbuat dari balutan linen putih murni. Rambut hitamnya yang tebal diatur dengan rapi di atas bantal putih yang empuk. Bibirnya penuh dan terlihat sedikit tersenyum bahagia saat tidur

Laki-laki itu mengenakan piyama sutra yang nyaman. Gelang perak tipis di pergelangan tangannya menambahkan sentuhan mewah pada penampilannya yang sederhana. Di sebelah tempat tidurnya, terdapat meja kayu yang terbuat dari kayu mahoni dengan lampu meja kristal yang indah dan tumpukan buku-buku mewah. Dinding di sekitarnya dihiasi dengan lukisan-lukisan mahal, menciptakan nuansa kemewahan dan elegan di dalam ruangan.

Sedari tadi, terdengar suara alarm dari telepon pintarnya. Namun laki-laki itu hanya mematikan suara tanpa bangun dari tempat tidurnya yang mewah. dia meraih ponselnya dan mengecek waktu, masih pagi dan dia tidak memiliki rencana apa-apa hari ini. Dengan cepat, dia melemparkan teleponnya ke sisi tempat tidur dan merebahkan dirinya kembali dengan mata terpejam.

Udara di dalam kamar tidurnya terasa sejuk karena AC yang selalu diatur pada suhu rendah. Dari jendela besar di samping tempat tidur, cahaya matahari mulai memasuki kamar, memberikan efek yang indah pada furnitur dan interior yang mewah. Laki-laki itu memejamkan mata lagi, merasakan kenyamanan tempat tidurnya yang empuk dan hangat. dia tahu bahwa dia bisa membeli apa pun yang dia inginkan, tetapi saat itu dia hanya ingin menikmati tidurnya yang nyaman.

Sepersekian detik kemudian, terdengar ketukan pintu kamar yang cukup keras. Pintu klasik berwarna putih itu seperti hendak copot dari tempatnya.

“Cepat bangun, Haykal!” ucap seseorang dari balik pintu.

Laki-laki itu Bernama Haykal, anak dari seorang pengusaha sukses yang memiliki banyak bisnis pada ragam bidang. Dalam kesehariannya, dia hanya menghabiskan waktu untuk tidur dan bersenang-senang bersama sahabatnya. Usianya cukup dewasa, namun kekayaan orang tuanya sungguh-sungguh membuatnnya bermalas-malasan. Ditambah lagi dengan status anak tunggal yang tersemat dalam dirinya.

Seperti pada Jumat pagi ini, Haykal belum bangkit dari tempat tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Sedari tadi sudah empat kali pembantu rumah mencoba membangunkannya, namun hasil yang ada tetap nihil. Hingga jalan telah sampai batas, papa Haykal yang langsung turun tangan.

Mendengar ketukan keras dan teriakan papa, Haykal reflek bangkit. Dia dengan sigap berjalan mendekati pintu arkian membukanya.

Haykal terbelalak kaget menatap wajah papanya yang tajam di depan pintu. Dia meneguk ludah sampil melapalkan doa-doa agar papa tidak menyemprot dirinya.

“Maaf, Pa,” ucap Haykal sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Papa menghembuskan napas. Emosi yang naik ke puncak mendadak turun melihat wajah polos putranya.

“Cepat mandi dan berganti pakaian, papa ingin mengajakmu ke suatu tempat,” ucap papa tegas.

Haykal menatap bingung. “Ke mana Pa?” tanyanya meminta kepastian. Berkaca dari kebiasaan, papa hanya mengajak Haykal pergi liburan dan makan bersama keluarga. tetapi sepertinya kali ini berbeda.

“Kamu akan tahu nanti. Oh satu lagi, tidak usah berpakaian terlalu rapi,” ucap papa sambil berlalu pergi.

Haykal yang belum mengerti maksud kalimat papanya hanya menganggukkan kepala.

Waktu terus berjalan, dan kini Haykal telah menyelesaikan pembersihan tubuh. Dengan handuk di pundak, dia berjalan menuju cermin untuk merapikan rambut, sembari memeriksa wajahnya yang tampan. Dia mengoleskan sedikit krim wajah dan mencium aroma segar dari sabun mandinya yang masih tercium di kulitnya.

Dia membuka lemari besar berwarna putih, arkian meraih kemeja hitam polos. Setelah dirasa tampil maksimal, Haykal berjalan keluar kamar.

Rumah Haykal terbilang mewah dan mahal. Ketika memasuki rumah, terlihat sebuah foyer yang luas dengan ubin marmer di lantai dan langit-langit tinggi yang dihiasi lampu gantung kristal yang indah. Dindingnya dicat dengan warna netral dan dihiasi dengan lukisan-lukisan mahal. Di sudut ruangan, ada sebuah piano putih yang elegan. Ada sebuah tangga spiral di bagian tengah ruangan yang menuju ke lantai atas.

Saat berjalan ke arah ruang tamu, terlihat sofa kulit mewah dan karpet berbulu yang tebal di lantai. Di sebelahnya, ada sebuah bar kecil dengan rak-rak botol minuman beralkohol yang indah dan kursi bar mewah.

Di bagian belakang rumah, terdapat sebuah teras yang luas dan kolam renang yang indah dengan air yang jernih dan biru. Teras dihiasi dengan kursi santai dan meja makan outdoor yang mewah.

Lantai atas terdiri dari empat kamar tidur yang luas, setiap kamar tidur memiliki kamar mandi dalam yang terbuat dari marmer dan dilengkapi dengan bathtub mewah dan shower yang besar. Di salah satu kamar tidur, terdapat sebuah teras kecil yang menghadap ke kolam renang di belakang rumah.

Haykal telah tiba di ruang makan. Ruang makan itu dilengkapi dengan meja makan besar yang terbuat dari kayu mahoni dan kursi makan berlapis kain beludru. Di sekeliling ruangan, terdapat jendela besar yang menghadap ke taman dengan tirai tebal yang elegan.

Dia bisa melihat kedua orang tuanya yang duduk santai sambil tertawa renyah. Sepertinya mereka berdua menunggu kedatangan Haykal sejak tadi.

“Kamu sudah sarapan, Nak?” tanya mama yang dibalas Haykal dengan gelengan kepala.

“Ya sudah, pergi makan dahulu.”

“Entar saja Ma. By the way, papa mau ngajak Haykal ke mana?”

Papa meneguk ludah. “Cepat ganti pakaian kamu. Kan papa sudah bilang agar kamu memakai pakaian yang biasa-biasa saja. Kamu ganti dengan kaus polos,” ucap papa tegas.

Haykal memelas kecil. “begini saja, Pa. Haykal penat bolak-balik naik tangga,” balas Haykal sembari memasang wajah cemberut.

“Jangan sampai papa ngomong untuk kedua kalinya, Haykal,” ujar papa sambil melontarkan tatapan tajam.

Dengan penuh rasa malas, Haykal bangkit dari tempat duduk arkian menapak kaki menuju kamar.

***

Papa sedang duduk di kursi pengemudi mobil, menatap lurus ke depan dengan konsentrasi tinggi. Matahari pagi yang terbit di ufuk timur memberikan cahaya yang cukup untuk melihat jalan yang dilalui. Haykal duduk di kursi penumpang, menatap sekeliling dengan penuh kebosanan. Papa menyadari hal itu.

“Kamu tidak tertarik dengan dunia bisnis, Nak?” tanya papa yang dibalas Haykal dengan gelengan kepala. Bahkan waktu berputar tak sampa sedetik, dia telah menjawab pertanyaan papanya.

Papa tertawa kecil. “Lalu apa minat yang terselubung di dalam dirimu? Ingat, usiamu sudah 25 tahun, lho. Bukan bocah lagi,” seru papa yang membuat Haykal terdiam seketika.

Haykal menatap jauh ke arah luar jendela. Suasana di balik jendela mobil tampak damai dan indah. Di sepanjang jalan yang dilalui mobil, terlihat pemandangan pegunungan yang menjulang tinggi dengan pepohonan yang hijau dan rimbun. Udara yang segar dan bersih membuat perjalanan terasa menyenangkan.

Di kejauhan, terlihat pula hamparan sawah yang terhampar luas dengan tanaman padi yang mulai menguning. Beberapa anak kecil terlihat sedang bermain layangan di lapangan terbuka, menyemarakkan suasana di sekitar sana. Dari jauh, terdengar bunyi gemericik air sungai yang membelah pegunungan, menambah kesan damai dan tenang di sekitar sana. Melihat pemandangan di balik jendela mobil membuat hati dan pikiran menjadi lebih tenang dan terasa seperti melupakan segala kekhawatiran dan masalah yang ada. Suasana pedesaan kian terasa.

“Aku belum kepikiran tentang suatu hal, pa. Ilmu yang aku dapat semasa kuliah sepertinya sia-sia. Terkadang aku pikir, seandainya aku dilahirkan dari keluarga berbeda, mungkin hidupku akan sengsara. Lihat, aku tidak seperti pria dewasa lainnya,” balas Haykal sambil menatap wajah papanya.

Papa tersenyum kecil. “Itu jawaban yang papa inginkan dari kamu, Nak. Jawaban seseorang yang telah sadar dari perbuatanya. Sekarang akan papa tunjukkan bisnis baru di desa yang akan mengubah pandanganmu,” ujar papa menggebu-gebu.

Haykal mengernyitkan dahi, penasaran dengan maksud dari kalimat papanya.

Sementara itu, mobil hitam yang dikendarai Haykal dan papanya kian melaju kencang, membelah jalanan desa. Rasa penasaran tertanam dalam diri Haykal, membuatnya tidak sabar untuk tiba di tempat tujuan.

Bersambung................


WARNING!

Menciptakan sebuah karya adalah hal yang melelahkan. Dibutuhkan imajinasi dan keahlian yang terkadang menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Dimohon untuk menghidupkan rasa kemanusiaan yang tersimpan di dalam diri agar tidak mengcopy dan menjiplak apapun tanpa izin dari penulis. Mari bersama-sama mendukung ekosistem kepenulisan yang baik di tanah air. Terimakasih.

TTD

Van Raja


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konstruksi Sistem: Pengertian, Tujuan, dan Langkah-Langkah

(CERPEN) Senja di Angkringan

Nyanyian Lampu Merah

Kotak Langganan Email

Nama

Email *

Pesan *