(CERPEN) Anak Selokan
Hiruk pikuk kota mendasari segala pusparagam bahana. Klakson kendaraan roda empat usai lampu hijau menyala seakan kasak-kusuk secara keseluruhan. Berteman pekikan supir, bulat sudah latar suara di atmosfer ibukota. Ramai-ramai anak kecil bergulat tak tentu arah. Dengan limitasi kulit gosong, mereka menebas keramaian daerah tempat pemusatan penduduk itu. Tak beralas kaki, seolah panas sang surya yang diserap aspal tak terindra oleh mereka. Rambut mereka lusuh dan kering, efek terpaan panas yang membubung di atmosfer. Keringat bercucuran membasahi pipi kusam, benar-benar memanifestasikan kemelaratan. Anak-anak itu berfokus pada kegiatan mereka masing-masing. Si rambut keriting tak terurus menggenggam botol berisi batu sambil mengayunkan wadah untuk benda cair berleher sempit itu sonder tempo yang harmonis. Mulutnya bernyanyi bising, mendendangkan lagu anak-anak pada orang dewasa di hadapannya. Sepihaknya juga terlihat bocah kurus berambut lurus. Sepertinya dia teman si keriting. Tanganny